Selasa, 31 Desember 2013

Lagu Keluarga Mahasiswa Sastra Jawa

 halo-halo selamat sore, ini  nih  lagu  kebanggaan anak prodi sastra  Jawa FIB  UI. setiap kami berkumpul  di  suatu acara  pasti lagu ini  tak  lupa dinyanyikan.  lagu ini  sangat membangkitkan semangat ke KMSJ an kami  hehehe. lagu  ini  diciptakan  grub  Orkes Hamba  Allah yang  seluruh  personelnya  adalah  alumni  sastra Jawa FIB  UI . namun  lambat  laun lagu  ini  mengalami  pengglobalan  sehingga  tak  hanya  kami  prodi  Jawa  yang  patut  melantunkannya,  maka  ada  lirik yang  dirubah  yaitu 'Jawa'  menjadi  'Jaya'  , seperti  apa ? ini  dia http://www.youtube.com/watch?v=COQcbDAMNxg

ini liriknya:

Mengapa kau bersedih saja, tiada seperti biasa
Mengapa kau cemberut saja, tambah kerut tambah tua
Jangan bersedih kawan, jangan bersedih kawan
disini masih ada kami 2 X
Reff:
Bergembira… bersama-sama,
Bersama-sama kita bergembira
Almamater Fakultas Ilmu budaya
Bergembira… bersama-sama,
Bersama-sama kita bergembira
Keluarga Mahasiswa Sastra Jawa
Why you look so sad?  it’s there’s something that make you upset?
Why you look so bad? don’t you know your face like a babi ngepet
don’t worry my brother, don’t worry my sister
Here we are gonna sing a song for you
Be happy my brother, Be happy my sister
Here we are gonna sing a song for you
Reff:
Happy-happy… together-together
together-together… We are Happy-happy
Almamater Faculty of Humanity
Happy-happy… together-together
together-together… We are Happy-happy
The Big Family, The Best Faculty in UI !!

Beksan Gambyong Mari Kangen

Gambyong pada mulanya adalah  tari daerah yang dipandang sebelah mata  oleh pihak istana. Karena gambyong pada masa  itu  berasal dari kaum jelata dan bisanya digunakan untuk menghibur  kaum petani, buruh, dan sebagainya. Pada mulanya  gambyong dipentaskan  menggnakan anggin yang  memancing pandangan yang negatif,  sebab alasan  itu  pula lah gambyong dilarang  masuk ke wilayah istana.  Namun seiring  berjalannya waktu, gambyong sudah mengalami  perubahan busana tari yang lebih  sopan sehingga lama-kelamaan gambyong  bisa masuk istana. Bahkan tarian ini sering dipentaskan untuk membuka acara  atau  menyambut tamu-tamu agung pula. Nama gambyong sendiri ada yang mengatakan bahwa  pencipta tari ini bernama Nyi Gambyong.

Gambyong juga semakin banyak perkembangannya  sehingga dapat kita jumpai banyak macam tari gambyong  di Indonesia yang berkembang di tanah Jawa. misalnya saja tari Gambyong mari kangen yang cukup tenar, dan KMSJ sering menarikannya  di berbagai kesempatan.  seperti apa  cek di sini http://www.youtube.com/watch?v=tT_eE7mvXBM dan http://www.youtube.com/watch?v=vOiimD8fbkg


berikut ini  liriknya:

E..jebul, kae sing tak anti-anti
Wus tekan kene
Wis rada suwe

Babar pisan ora krungu kabare
Sajake rada lalen,
Mung tansah dadi impen
Yen pinuju nggeget lati
Eseme kang merak ati

E..mari kangen, muga-muga tansah tegen
Atiku dadi tentrem, amulat netra kang tajem
Mari kangen, mulat sira Netra tajem, tyas jatmika

Gamelan Nusantara



KMSJ  FIB UI punya kreasi musik gamelan yang dipadukan dengan lagu-lagu di nusantara, singkatnya "Gamelan Nusantara". hehehe mumpung pagi begini saya pos saja, buat jaga-jaga kalau mau pentas lagi lupa  liriknya hahaha..   oh ya bagi yang penasaran seperti apa , cek saja di http://www.youtube.com/watch?v=r_p5qKtAAus

berikut liriknya:

Mars  Universitas Indonesia
Universitas Indonesia universitas kami
Ibukota negara pusat ilmu budaya bangsa
Kami mahasiswa pengabdi cita
Ngejar ilmu pekerti luhur tuk nusa dan bangsa

Semangat lincah gembira
Sadar bertugas mulia
Berbakti dalam karya
Mahasiswa

Universitas Indonesia perlambang cita
Berdasarkan pancasila dasar negara
Kobarkan semangat kita demi ampera

Suwe Ora Jamu
1. Suwe ora jamuJamu godhong tela 
Suwe ora ketemu 
Ketemu pisan gawe gela
Suwe ora jamuJamu godhong randhu
Suwe ora ketemu 
Ketemu pisan dha rahayu

2. Jamu-jamune godhonge tela,godhonge tela
ketemu-ketemu pisan gawe gela, gawe gela nganti suwe
jamu-jamune godhonge randhu, godhonge randhu
ketemu-ketemu pisan dha rahayu

3. Suwe ora jamu, ora jamu
jamu godhonge tela, godhonge tela
suwe ora  ketemu, ketemu-ketemu
ketemu gawe gela, kok gawe gela 
 Suwe ora jamu, ora jamu
jamu godhonge randhu, godhonge randhu
suwe ora  ketemu, ketemu-ketemu
ketemu dha rahayu, padha rahayu

nb: lagu suwe ora Jamu boleh dibilang lagu mars KMSJ juga karena kami selalu memainkan lagu ini di setiap kesempatan, dan lagu ini selalu menjadi lagu permulaan saat belajar  karawitan

Gamelan Nusantara
1.       Tak Tong-tong  (Minang)
Tak tong tong galamai jaguang
Tagunda-gunda ka cambuang basi
Jan suko duduak bamanuang
Urang pamanuang jauah rasaki

Tak tong tong galamai jaguang
Tagunda-gunda ka cambuang basi
Hati-hati urang dikampuang
Buayo lalok jan sangko mati

2.       Manuk Dadali (Sunda)
 Mesat ngapung luhur jauh di awang-awang
Meberkeun janjangna bangun taya karingrang
Kukuna ranggaos reujeung pamatuka ngeluk
Ngapak mega bari hiberna tarik nyuruwuk

Saha anu bisa nyusul kana tandangna
Gandang jeung partentang taya bandingannana
Dipikagimir dipikaserab ku sasama
Taya karempan ka sieun leber wawanenna

Manuk dadali manuk panggagahna
Perlambang sakti Indonesia Jaya
Manuk dadali pang kakoncarana
Resep ngahiji rukun sakabehna
Resep ngahiji rukun sakabehna

3.       Jali-jali (DKI)
 ini dia si jali-jali
lagunya enak lagunya enak merdu sekali
capek sedikit tidak perduli sayang
asalkan tuan asalkan tuan senang di hati

4.       Barong (Jawa Tengah)
Hak’e hak’e hok’ya hok’ya
Hak’e hak’e  hok’ya hok’ya
Hak’e e lololololo hok’ya
 
5.       Jula-juli (Jawa Timur)

6.       Kecak (Bali)

Bong yangir yang bong yangir yang bong
Yangir yang bong yangir yang bong
Cak cak cak...

7.       Yamko Rambe Yamko (Papua)

Hee yamko rambe yamko
aronawa kombe
Hee yamko rambe yamko
aronawa kombe

Temino kibe kubano ko bombe ko
Yuma no bungo awa ade
Temino kibe kubano ko bombe ko
Yuma no bungo awa ade

Hongke hongke hongke riro
Hongke jombe jombe riro
Hongke hongke hongke riro
Hongke jombe jombe riro


nb: oh ya semua lagu di atas disusun dan diaransemen oleh dosen kami ,, Mas Ari Prasetya


(Gamelan Nusantara KMSJ FIB UI)

Senin, 30 Desember 2013

Seni Drama Wayang dan Tari (Sendrawatari)



kali  ini saya  ingin  berbagi naskah sendrawatari   bertajuk "Wara Senapati". bahan naskah ini baru saja dipentaskan oleh KMSJ (Keluarga Mahasiswa Sastra Jawa) FIB UI pada acara tahunan kami yaitu Pekan Budaya Jawa pada tanggal 26 November 2013 di Auditorium Gd 9 FIB UI. 










Wara Senapati

Babak  1
Fill  in kelir (Perang Bharatayuda)
Dhalang: “Alkisah di negri elok Hastinapura, terjadi perang agung Bharatayuda antara  Pandhawa dan Kurawa. Kurawa yang hendak kalah, bangkit lagi karena dipimpin oleh Begawan Bisma yang  sangat sakti mandraguna. Semua prajurit Pandhawa tunggang langgang oleh sang Begawan. Dengan gagah berani Bisma menantang pandhawa dan Dewata.”
Bisma: “Wahai cucu-cucu ku Pandhawa, tunjukkan lah semua kekuatan mu, orang tua ini tak akan mundur sejegkal pun. Oh Dewata d mana kah malaikat yang akan menjemput nyawaku? Tunjukkan lah aku tak sabar menantikan kematian ku. Kekasihku Amba, datang lah padaku, jemput aku Amba! ”
(tempo musik semakin cepat)

Black out
Dhalang: “Hong ilaheng, hong ilaheng awighna mastu purnama sidem. Awighna mastu silat mring hyang Jagadkarana, siran tandha kawisesaning bisana; sana sinawung langen wilapa, estu maksih lestantun lampahing Buddha; jinantur tutur katula, tela-tela tulad mrih labdeng paradya; winursita ngupama prameng niskara, karana dya tumiyeng pura; winisuda trah ingkang dinama-dama, pinardi tameng lalata; mangkya tekap wasananig gupita, tan wun renggeng pralambang atumpa-tumpa, manggung panggeng panggung sang murweng kata”


Babak 2
Fill in (Panggung terlihat hutan dekat tapal batas wilyah Hastina, Bisma brtolak pinggang terhadap Dewi Amba yang tengah berteluk memohon Bisma agar tidak menolak cintanya)
Bisma: “Pulang lah amba! Aku tak mungkin menerima cintamu, itu sudah menjadi suratan takdir ku”
Amba: “Tidak kanda, aku tak akan pulang tanpa dirimu, hanya kau lah yang ku cintai”
Bisma: “Cinta itu hanya membawa kesengsaraan. Kita tidak mungkin bersatu di dunia Amba. Pulang lah atau keris ini akan mengakhiri hidup mu”
Amba: “Jika memang aku tak bisa mendampingi mu di arcapada, lebih baik aku mati di tangan mu”(memeluk Bisma dan tertancap keris)

Bisma: “Amba. . .! mengapa kau lakukan ini?”(dengan nada mnyesal)
Amba: “Inilah bukti betapa besarnya cinta ku pada mu kanda. Jika memang Dewata tak mengijinkan ku menampingi mu dunia, maka aku akan datang menjemput mu kelak saat perang agung kedua anak cucu  mu”
Bisma: “Jika memang begitu suratan Dewata, aku akan setia menantikan hari kematian ku”
Amba: “Selamat tinggal kakang. . .”(tewas)
Bisma: “Amba... .. Amba.. Ambaaaaa!”
Black out



Babak 3
Fill in (Panggung terlihat taman Pancala yang indah,anak-anak kecil bernyanyi dan menari dengan riang brsama Srikandi kecil)
Dhalang: “Hari bergnti hari, thun demi tahun terlampaui. Sementara itu di negri Pancala, rakyatnya sedang bersuka cita dikarenakan Sang raja Drupada dan permaisuri telah dikaruniai putri yang cantik jelita. Dia lah yang tlah ditakdirkn menjadi wanita utama, dia lah Sang perwira,dia lah sang Wara Srikandi” (musik berganti tembang dolanan)
Anak putri 1: “Aduh...!, hati-hati dong Sri”
Srikandi kecil: “Sra..Sri...Sra...Sri...! srikandi tahu!”
Anak putri 1: “Alah sama saja mbk  Sri!”
Anak putri 2: “Kamu ini, anak perempuan kok kelakuan laki-laki. Apalagi kamu itu anak raja, seharusnya bertingkah lah layaknya wanita jangan lah bedugalan seperti preman”
Anak putri 3: “Iya benar, apa ayah dan ibu mu tak mengajarkan mu sopan santun. Huu.... dasar wandu”


Semua anak putri: “Huu..... dasar wandu...wandu...wandu!”













Fill in (Srikandi tertunduk dan menangis . datang lah sukma Dewi Amba)

Dewi Amba: “Wahai anak ku Srikandi jangan menangis syang. Kau memang dititahkan seperti ini karena keinginan ayah mu. tetapi Dewata berkeinginan lain, maka aku ditakdirkan bersatu dengan mu untuk menepati takdir mu kelak saat kau dewasa”
Srikandi kecil: “Wahai sang Dewi siapa kah kau?”
Amba: “Aku adalah diri mu, aku lah jiwa mu. Aku lah Amba”
Black out

Babak 4
Fill in kelir (Arjuna mengajari Srikandi berperang keris dan memanah)
Dhalang: “Srikandi tumbuh menjadi wanita yang cantik jelita. Tiba lah saat ia dipersunting oleh raja muda yang gagah perkasa, tetapi Srikandi menolaknya. Murka lah sang raja, dan menyerang kerajaan Pancala. Pergi lah sang Wara  Srikandi mencari perlindungan kepada ksatria sakti mandraguna—penengah Pandhawa. Sang Arjuna mengajari Srikandi berperang menggunakan keris dan memanah. Hingga tumbuh lah benih-benih cinta sng Ksatria kepad putri negri Pnancala itu”
Black out
Fill in (Srikandi dan Arjuna menari & tembang)

Black out

Babak 5
Fill in (Panggung terlihat suasana peperangan di negri Pancala)

Dhalang: “Srikandi pun kembali ke Pancala yang tengah bergolak diserang oleh pasukan Prabu Jungkung Mardea”
Jungkung Mardea: “Ha...ha...ha... ini lah akibatnya orang yang berani menolak keinginan ku. Hai Srikandi wanita tak tahu diuntung. Betapa bodohnya kau menolak lamaran raja segagah dan seperkasa diriku”
Srikandi: “Bagi ku kau hanya lah pecundang yang pantas mati Prabu Jungkung Mardea!”
Jungkung Mardea: “Lancang kau Srikandi!”



(Srikandi dan Jungkung Mardea berperang & palaran Durma. Srikandi membentangkan busur panah dan melepasknnya. Prabu Jungkung Mardea tewas)
Black out

Babak 6
Fill in kelir (Arjuna menemui Kresna)

Dhalang: “Kini tiba lah saatnya perang agung Bharatayuda. Bisma sebagai senapati kurawa dapat memukul mundur prajurit Pandhawa. Arjuna memutuskan untuk meminta nasihat Prabu Kresna. Berangkat lah ia ke Dwarawati”
Arjuna: “Sembah Hamba kepada mu kanda Prabu Kresna”
Kresna: “Aku terima sembah mu Arjuna. Ada gerangan apa kau menghadap ku dinda ? Bagaimana keadaan perang Bharatayuda”
Arjuna: “Prajurit Pandhawa kalah oleh kakek Bisma kanda Prabu. Apa yang harus kami lakukan untuk mengalahkan eyang Bisma kanda prabu?”
Kresna: “Eyang Bisma adalah brahmana suci yang tidak akan mati jika ia tidak berkehendak untuk mati”
Arjuna: “lalu kami harus bagaimana kanda prabu?”
Kresna: “Ketahuilah dinda, sekuat-kuatnya karang dapat hancur oleh lembutnya tetesan air. Sekuat-kuatnya pria dia pasti akan luluh oleh kelembutan wanita. Ingat lah bahwa di balik kelembutan tersimpan kekuatan yang maha dahsyat”


Arjuna: “Lalu siapa kah wanita itu kanda prabu?”
Kresna: “Ia lah wanita utama yang ditakdirkan menjadi senapati. Ia lah putri agung titisan Dewi Amba. Ia lah istri mu, Dewi Wara Srikandi”
Arjuna: “Baik lah jika begitu hamba mohon pmit kanda. Hamba akan memints dinda Srikandi menjadi senapati”
Kresna: “Restu ku selalu bersama mu dinda”
(Arjuna pergi kepada Srikandi)
Black out

Babak 7
Fill in kelir (Perang di padang Kuru setra)
Black out

Fill in (Panggung terlihat susana perang Bhratayuda. Prajurit Kurawa kalah oleh prajurit putri. Bisma menghadap prajurit putri dan mngalahkannya. Srikandi datang dibayangi Dewi Amba. Srikandi mulai membentangkan busur panah saat Dewi Amba mengajak Bisma menari)

Amba: “Ayo kanda, ikut lah bersama ku. Ayo kita pulang ke swargaloka kanda”

(Srikandi melepaskan busurnya dn Bisma tewas. Bunga kamboja bertaburan dari swargaloka mengiringi kematian Bisma)

Tancep Kayon



Situs Sumur Mas Nan Penuh Misteri




Bulan Juni tahun 2013 yang lalu KMSJ (Keluarga Mahasiswa Sastra Jawa) FIB UI mengadakan kunjungan pengamatan di wilayah kabupaten Banyumas. Kami melakukan kunjungan pengamatan ini selama tiga hari berturut-turut. Kunjungan pengamatan ini kami lakukan untuk mengetahui seperti apakah budaya dan situs-situs budaya yang berada di wilayah Banyumas. Pada kesempatan ini kami mengunjungi situs-situs di sana, antara lain; Andang Pangrenan, Museum Wayang Banyumas, Sumur Mas, Masjid Nur Sulaiman, Masjid Saka Tunggal, Museum BRI, dan Baturraden.  Pada Kesempatan ini pula saya akan mengulas salah satu situs yaitu, Sumur Mas mengenai letak, penemuan, mitos, serta kritik dan saran.

Kabupaten Banyumas memiliki beragam situs-situs budaya yang nampak asri dan menarik untuk dikunjungi. Salah satu situs yang memikat hati saya adalah situs Sumur Mas, karena kondisinya yang terawat dan seakan tersimpan misteri yang menarik untuk dikuak di dalamnya. Sumur Mas merupakan salah satu situs budaya di Banyumas yang letaknya sekitar 20 kilometer dari Purwokerto atau tepatnya di Desa Sudagaran kecamatan Banyumas. Situs ini berdekatan dengan komplek Museum Wayang Banyumas. Pada bagian depan dari situs ini berdiri megah sebuah pendapa indah yang bernama pendapa si Panji, yang selalu ramai dipadati oleh anak-anak sekolah yang sedang berlatih pramuka atau sekedar berjalan-jalan dan bersepeda ria. Tepat di sampingnya adalah rumah juru kunci situs Sumur Mas yang tak kalah megah dengan temboknya yang memanjang luas bercat hijau.

Sampai saat ini belum ada kepastian kapan sumur Mas dibuat, namun menurut masyarakat setempat sumur ini sudah ada sebelum Kabupaten Banyumas berdiri. Sumur Mas yang asli adalah yang terletak di belakang gedung bekas Kantor Dinas Bupati Banyumas sedangkan sumur yang berada di dalam adalah duplikasi namun ukurannya dibuat menyesuaikan dengan ukuran sumur pada umumnya sehingga masyarakat dapat memanfaatkan air sumur tersebut. Sumur Mas yang asli berdiameter kurang lebih 10 sentimeter dan memiliki kedalaman 0,5 meter saja. Sumur ini tidak pernah surut dan selalu tersedia walaupun musim kemarau tiba menurut masyarakat setempat. Air sumur ini pada awalnya hanya digunakan untuk memenuhi keperluan sehari-hari saja namun setelah dilakukan penelitian, air sumur ini tidak dapat dikonsumsi lagi airnya sebab terdapat kandungan zat yang tidak baik untuk tubuh manusia.
(Replika sumur mas di dalam gedung)


(sumur mas yang asli)

Situs sumur Mas yang nampak begitu asri dan indah ditambah lagi terlihat di sekitarnya hamparan lahan perkebunan tumpang sari yang tumbuh beraneka jenis tanaman semakin menyejukan pandang, ternyata memiliki mitos yang diyakini oleh masyarakat setempat dan bahkan tokoh-tokoh di negeri ini. Mitos itu berasal dari Air di dalam sumur Mas, air tersebut diyakini memiliki berkah bagi pengunjungnya. Air tersebut dapat memperlancar hajat seseorang yang datang ke tempat itu misalnya saja untuk kesehatan, perjodohan, karir, dan jabatan.  Dan yang paling dominan terdengar adalah untuk memperlancar jabatan. Bahkan tokoh-tokoh pendiri bangsa seperti bung Soekarno dan bung Soeharto dimasa hidupnya sering berkunjung ke sumur Mas. Nama sumur Mas juga terdapat dua pendapat di masyarakat, yang pertama alasanya adalah karena air di dalam sumur ini bercahaya nampak seperti emas, dan yang kedua adalah karena pada jaman dahulu saat musim kering melanda, masyarakat hanya memanfaatkan air di sumur ini dan mereka membawa air dari sumur menggunakan wadah semacam kendi yang isandarkan di pinggang yang dibawa dengan berjalan kaki dari rumah mereka, maka air sumur ini dianggap sangat berharga seperti emas sebab air hanya bersumber dari sumur ini saja. Sehingga muncul mitos bahwa air sumur Mas akan membawa berkah bagi yang mengambilnya bila ia membawa air tersebut ke rumah dengan cara berjalan atau bersepeda, dan tidak boleh menggunakan kendaraan bermotor.

Situs sumur Mas sangat menarik untuk dikunjungi, dan menjadi salah satu situs yang paling berkesan bagi saya dari semua situs yang kami kunjungi di Banyumas. Pada kesempatan ini pula saya akan memberikan ungkapan saya mengenai situs menawan ini berupa kritik dan saran. Situs ini secara bangunan sudah baik namun untuk pencahayaan di dalam gedung bekas kantor dinas Bupati Banyumas perlu diperbaiki lagi agar pengunjung dapat melihat kondisi di dalam lebih terang. Sejarah dan mitos-mitos di sumur Mas yang dituturkan oleh pengurus situs ini menurut saya masih mengambang keadaanya atau belum jelas kepastiannya, saran saya adalah sebaiknya diadakan penelusuran mengenai sejarah dan mitos-mitos yang berada di situs sumur Mas bila perlu diterbitkan pula buku atau katalog mengenai hal-hal tersebut untuk pengunjung supaya lebih jelas. Kesimpulan saya, situs sumur Mas yang berada di wilayah Kabupaten Banyumas sangat menarik untuk ditelusuri kembali mengenai sejarah maupun mitos-mitos yang berada di dalamnya dan patut dijaga kondisinya sebagai salah satu situs budaya yang berada di wilayah Banyumas.

(Pendapa si Panji)


sumber foto: dari teman-teman sastra Jawa FIB UI 2012